Rabu, 09 Februari 2011

Arsenal, sebuah curahan...


Victoria Concordia Crescit


Sebuah tim yang terkenal dengan permainan indah dan menghibur namun di akhir musim selalu mendapatkan hasil nihil alias tanpa gelar.  Bisakah dikatakan sebagai klub besar? Atau hanya penghibur setia?  Atau mungkin juga juara tanpa gelar?

Pertanyaan tersebut pas dialamatkan kepada Arsenal.  Arsenal dari Liga Inggris yang dalam lima musim terakhir antara 2005-2010 selalu bermain indah dan menghibur namun di akhir musim hanya mendapatkan kekecewaan.

Bagi klub yang memiliki sejarah besar seperti Arsenal kenyataan seperti itu merupakan borok yang harus segera disembuhkan.  Dimulai dari musim 2005-2006, ketika Arsenal memulai kompetisi liga dengan sangat tidak baik (data dan fakta??) sehingga hanya menempati peringkat 4 pada akhir musim.   Itu pun harus kerja keras kejar mengejar angka dengan musuh satu kota Tottenham Hotspurs sampai pekan terakhir.  Hasil ini pertama kali dirasakan oleh Wenger dalam sepuluh tahun terakhir menukangi Arsenal karena sebelumnya selalu berada di urutan satu dan dua secara bergantian.  Di Piala FA The North Londoners sudah gagal di babak IV dan Piala Carling pun Arsenal kalah di semifinal.

Liga Champions menjadi satu-satunya harapan para punggawa dan fans Arsenal untuk mendapatkan gelar di musim tersebut.  Klub yang berdiri sejak 1886 ini melaju hingga final menghadapi Barcelona, ketika itu masih dihuni oleh pemain terbaik dunia 2004 dan 2005 pilihan FIFA, Ronaldinho.  Permainan berjalan begitu menarik dengan kedua tim saling menyerang.  Sampai pada akhirnya ulah Jens ‘crazy’ Lehmann merusak skenario Arsene Wenger.  Kiper asal jerman sengaja menangkap kaki Eto’o yang sudah melewatinya.  Ia dapat kartu merah dan Arsenal harus bermain dengan 10 orang sejak menit ke 18!!.  Meski begitu Arsenal mampu unggul terlebih dahulu melalui sundulan Sol Campbell menerima umpan Thierry Henry dari sisi kiri pertahanan Barcelona.  Namun Barcelona mampu membalikan keadaan menjadi 2-1 melalui gol Eto’o dan Belleti masing-masing di menit 75 dan 81.  Hasil itu memupus harapan Arsenal mengakhiri musim dengan gelar di musim 2005-2006 sekaligus juara Liga Champions untuk pertama kalinya.

Lehmann menangkap kaki Eto'o

Terje Hauge mengeluarkan kartu merah untuk Lehmann


Campbell menangi duel udara dengan Oleguer

Perayaan Campbell

Gol Eto'o di menit 76.  Berbau offside.


Belletti mencetak gol kemenangan

Selanjutnya musim 2006-2007, Arsenal bisa dikatakan lebih buruk lagi.  Selain hampa gelar di akhir musim Arsenal terlihat tidak memberikan perlawanan yang mencerminkan sebuah klub yang telah menjuarai 13 gelar Liga Inggris.  Klub yang bermarkas di Emirates Stadium, Ashburton Grove ini sudah terlempar jauh pekan (pekan brp?) dari bursa juara tertinggal dari MU dan Chelsea.  Nama tim disebut pertama yang akhirnya menggondol liga.  Begitupun di Liga Champions dikandaskan PSV Eindhoven dengan aggregate 2-1 di babak 16 besar.  Piala FA pun mendapat hasil identik.  Harapan tinggi berada di Piala Carling karena Arsenal masuk ke final, hanya saja lawannya adalah Chelsea.  Yang ditakutkan pun terjadi, Arsenal kalah 2-1 meski unggul terlebih dahulu melalui gol Walcott dan akhirnya kembali mengakhiri musim tanpa gelar. 

Memasuki musim 2007-2008, pasukan Arsenal bertekad memperbaiki hasil buruk di dua musim sebelumnya.  Tandanya terlihat jelas, Arsenal sempat memimpin klasemen antara pekan ke-7 sampai ke-18 dan pekan ke-25 sampai ke-28, artinya hampir setengah musim memimpin klasemen.  Melihat hasil tersebut para pengamat pun menilai klub pengoleksi 10 piala FA ini di favoritkan menjadi juara Liga Inggris.

"lihat, gigiku putih kan!!"


Berpelukaaaaaannn


Namun memasuki paruh musim kedua Arsenal mulai menunjukan penyakit lama, yaitu sulit mendapatkan nilai penuh setelah kalah dari MU.  Ya Arsenal dihajar MU 4-0 pada babak 8 besar Piala FA yang artinya juga Arsenal harus melepaskan asa mendapatkan trophy Piala FA.  Dalam lima pertandingan liga berikutnya, Arsenal hanya meraih 1 kemenangan.  Keadaan ini dimanfaatkan baik oleh MU.  Parahnya lagi Arsenal harus turun dua peringkat ke tangga tiga setelah kalah 2-1 dari The Blues Chelsea.  Keadaan ini menyedihkan mengingat pada awal musim Arsenal begitu meyakinkan untuk mendapatkan gelar Liga Inggris.  Liverpool menambah kemirisan Arsenal ketika mengalahkannya 4-2 di 2nd Leg perempat final Liga Champions meski Arsenal mampu unggul lebih dahulu.  Begitupun di ajang kelas 3 Piala Carling Arsenal harus tersisih di semifinal.

Hasrat meraih gelar tidak pernah surut, target utama setiap tahun selalu gelar Inggris dan Liga Champions.  Harapan tersebut hampir saja menjadi kenyataan di musim 2008-09.  Arsenal melangkah ke semifinal Piala FA dan semifinal Liga Champions.  Tapi kembali gagal, terlebih di Liga Champions  kalah dengan menyakitkan.  Pasukan Wenger dianiaya musuh lama MU dengan aggregate telak 4-1.  Di Liga Inggris mengalami peningkatan dengan finis di posisi 3.  2009/10 tidak jauh berbeda, mereka hanya sampai perempat final Liga Champions, kalah oleh Barcelona dengan aggregate 6-3.  Di Inggris finis di tempat ketiga.

Jika diperhatikan, sejak terakhir kali mengangkat trophy FA Cup tahun 2005 hingga sekarang, terlepas nirgelar.  Sebenarnya secara keseluruhan Arsenal menunjukan kestabilan.  05/06 Arsenal berhasil menembus final Liga Champions dan semifinal Piala Carling.  Kemudian 06/07 final Piala Carling.  Dilanjutkan 07/08, melaju hingga semifinal Piala Carling dan 08/09 semifinal Liga Champions dan Piala FA.  Hanya saja selalu nyaris juara. 

The Legend
Masih belum

“ Selamat tinggal Arsenal !!”, “ Dadah Arsenal”.  Mungkin kata-kata seperti itu yang paling pas diucapkan Chelsea dan MU untuk menggambarkan ketertinggalan Arsenal.  Disaat Arsenal hampa gelar selama lima musim, mereka justru banyak mendulang gelar.  Terhitung sejak Arsenal nirgelar, Chelsea berhasil mengumpulkan 8 gelar dan satu kali masuk final Liga Champions ketika terjadi All English Final 07/08 dengan MU.  Rinciannya 2 kali Liga Inggris musim 05/06 dan terakhir 09/10 kemarin, kemudian 3 Piala FA 06/07, 08/09, 09/10, disusul satu Piala Carling 06/07 serta juara Charity/Community Shield 2009 dan 2010.  Terlebih MU, selama lima musim tersebut mereka berhasil mengumpulkan 9 gelar!!.  Juara Liga Inggris 3 kali berturut-turut sejak 2006 hingga 2009, 3 Piala Liga 05/06, 08/09, 09/10, 2 Charity/Community Shield 2007 dan 2008 serta Liga Champions 07/08.

Banyak kalangan yang mengatakan bahwa kegagalan Arsenal karena tidak adanya pemain berpengalaman dan terlalu mengandalkan pemain muda.  Walau ada benarnya, tapi hal tersebut bukan menjadi halangan terbesar untuk mendapatkan gelar, tapi lebih kepada dua hal yang akan saya tulis di paragraf selanjutnya.  Saya coba mengutip pernyataan Ir. Soekarno Presiden pertama RI.  Soekarno  tidak mengatakan bahwa ia perlu sepuluh pemuda dan beberapa orang tua atau tidak tua yang berpengalaman untuk bisa ‘menaklukan dunia’.  Ia hanya perlu sepuluh pemuda untuk bisa ‘menaklukan dunia’.  Sama halnya dengan Wenger, ia perlu pemain-pemain muda untuk bisa menaklukan persepakbolaan Eropa bahkan dunia hasil dari buah tangannya.  Hal tersebut beberapa kali nyaris terjadi.  Pengalaman tidak melulu dari pemain tapi bisa juga dari pelatih, orang atau institusi yang mendidik.  Arsenal, sistem dan pelatihnya sudah memiliki itu.  Dengan kemampuan fisik, dan kemampuan intelegensia bermain operan pendek cepat satu dua sentuhan dari kaki ke kaki, serta semangat yang dimiliki anak-anak muda, cepat atau lambat pasti akan membuahkan hasil yang diinginkan.   

Lalu, apa pasal!?  Menurut saya ada dua hal harus dimiliki anak-anak muda Emirates Stadium.  Konsistensi Permainan dan Mental Juara.  Secara keseluruhan Arsenal selalu bermain baik dengan ciri khas permainan operan pendek satu dua sentuhan ditambah kecepatan yang tiba-tiba dapat membuat lawan kewalahan, namun memasuki akhir musim The Gunners selalu mengalami penurunan performa yang akibatnya fatal.  Kebiasaan tersebut harus dirubah.  Arsenal seharusnya lebih bisa berkonsentrasi menjaga dan mempertahankan permainan atau bahkan lebih mengembangkan permainan mengingat konsistensi permainan sangat diperlukan dalam sebuah kompetisi besar macam Premier League dan Liga Champions.

Jika ingin menjadi juara atau setidaknya melangkah jauh dalam suatu kompetisi, terkadang jika tidak ingin dikatakan sering, pasti ada situasi yang mengesampingkan teknik, artinya mental juara.  Mental juara berperan lebih banyak dan untuk memiliki mental juara semua orang atau tim pasti bisa.  Satu contoh shahih Final Liga Champions 1998-99 di Nou Camp antara Munchen v MU.  Bagaimana bisa diajang kelas satu benua Eropa (mungkin juga karena ajang kelas satu benua Eropa menjadi bisa), Munchen lagi lawannya, final pula!!  Sebuah tim membalikan kekalahan menjadi kemenangan dalam waktu 3 menit jika tidak mental juara  yang berperan.  Ketika itu MU masih tertinggal 1-0 sementara waktu normal 90 menit telah habis, tapi MU mampu membalikan skor menjadi 2-1 melalui Sheringham dan solskjaer di 3 menit injury time.  Meskipun pemain MU rata-rata memiliki skill dan teknik diatas rata-rata tapi mental yang benar-benar juara yang ‘bermain’ ketika itu.  Sampai-sampai Pierluigi Collina sebagai wasit yang memimpin pertandingan mengatakan, bahwa partai tersebut merupakan salah satu partai terbaik tak terlupakan yang pernah ia pimpin selama menjadi wasit pro.

Sheringham mencetak gol penyama kedudukan
"We're the Champion!!!"


Kemudian pada babak 16 besar Liga Champions 2003/04, ketika itu Deportivo La Coruna dari Spanyol mampu lolos ke perempat final setelah mengalahkan AC Milan dengan skor telak 4-0, padahal di pertemuan pertama di San Siro Super Depor kalah 4-1 dan hanya perlu 3-0 untuk bisa lolos ke babak selanjutnya.

Contoh lain di gelaran Liga Champions musim 2004/05, antara Liverpool v AC Milan di Stadion Attaturk, Istambul, Turki.  Liverpool berhasil memaksakan hasil seri menjadi 3-3 setelah kalah 3-0 di babak pertama untuk kemudian menang adu penalti dengan skor 5-3.  Hebatnya lagi gol-gol yang diciptakan terjadi dalam kurun waktu 6 menit.  Gerrard, Luis Garcia, dan Xabi Alonso bergantian membobol gawang AC Milan.  Kredit tersendiri patut diberikan kepada kapten tim Stevie Gerrard.  Ia mampu menjadi inspirasi rekan-rekannya ketika mencetak gol pertama.  Bahkan ia mampu mengisi posisi bek kanan untuk menggantikan Steve Finnan ketika cedera (kuota pergantian pemain telah habis di pakai).  Liverpool telah mengajarkan bagaimana sebenarnya kekuatan mental juara.

Stevie 'Gggrrr' Gerrard
"Apa salahku!?"

"Kita berhasil!!!"

The Kop


Setelah konsistensi permainan dan mental juara mungkin adalah kepergian CEO David Dein pada 18 April 2007.  David Dein merupakan orang dibalik layar yang andilnya cukup besar atas kesuksesan Arsenal 21 tahun terakhir terhitung setelah kepergiannya.  Ia yang mendatangkan George Graham pada 1986 dan Wenger pada 1996 ke Highbury.  Dua pelatih tersebut telah memberikan 18 gelar untuk Arsenal.  Dein juga merupakan orang ‘kepercayaan’ Wenger di jajaran direksi Arsenal.  Bahkan, lebih jauh Dein dan Wenger sudah bersahabat sejak pertama kali bertemu di tahun 1988 ketika diperkenalkan Gerrad Houllier (sekarang manajer Aston Villa).

Ada satu hal mengganjal dalam hati saya yang mungkin juga menjadi salah satu alasan Arsenal nirgelar.    Yaitu tentang cara kerja Wenger terhadap pemainnya.  Meskipun Wenger merupakan salah satu pelatih terbaik dunia, masalahnya adalah, Wenger ketika melakukan tugasnya, menempatkan diri sebagai rekan kerja terhadap para pemainnya yang sebagian besar pemain muda, yang mungkin memerlukan pendekatan orang tua terhadap anaknya seperti yang dilakukan oleh Sir Alex Ferguson terhadap pemainnya di kerajaan Setan Merah United.

Terakhir sebagai pecinta Arsenal tentu saya kecewa terhadap performa Arsenal selama lima musim terakhir ini yang tanpa gelar satu pun.  Artinya saat ini Arsenal hanyalah sebuah klub penghibur, tetapi suatu saat akan berubah menjadi klub besar yang memiliki banyak gelar dengan permainan menghibur.  Lebih dari itu, keyakinan saya Arsenal akan merajai persepakbolaan Eropa karena memiliki segudang pemain muda yang sangat berbakat dan bertalenta untuk kemudian dikombinasikan oleh ahli strategi berpengalaman Arsene Wenger, serta didukung manajemen solid  dan tentunya supporter setia seperti saya.  Selamat untuk MU, selamat untuk Chelsea.  Hidup Arsenal.  In Arsene We Trust!!
Immortality.  Musim yang sulit terulang 

4 komentar:

  1. luar biasa pengetahuan abg satu ini mengenai bola, dan lebih spesifik mengenai Arsenal! coba bikin tulisan mengenai gejala-gejala sosial yang terjadi di lingkungan sekitar atau barangkali skala yg lebih luas hingga mencakup internasional. Palestina, dan fenomena yang terjadi di timur tengah mungkin menarik. hehehe!

    BalasHapus
  2. Hahaha,makasih abang komen dan masukannya. tulisan ini memang salah satu proyek penulisan ane yang pertama. untuk selanjutnya seperti yang ente bilang bang. hehehe. mohon bimbingan senior.

    ;))

    BalasHapus
  3. Tau nh gele, dari SMA Bolaaaa muluuuu,wkwkwkwwkwk...tp mantaap le terusin ja, lama2 jga berkembang lu.....btw kpan2 ajarin gw yak,hahahaha

    Oia gw punya satu saran nh buat arsenal n kalo bisa lu kasih tau wenger lah, kalo lu lg g sibuk, hahahaha

    Kebijakan transfernya di rubah dooong..!! masa nyetak pemain bintang terus, g bosen pa?!?! Wenger seharusnya jngn egois, sekali2 penuhin permintaan suporter buat beli pemain bintang (bintang beneran lho, kayak messi, ronaldo, hahahah)....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha bola segalanya sid...siap makanya ketemu dong kita,hehehe

      sial lu tapi bener juga sih, bener kata lu sekali2 penuhin permintaan fans beli pemain bintang. setuju sid. tapi si wenger ini selalu kepentok duit yg kesedot ke baayar utang gara2 bangun stadion...
      hehe

      kunjungin terus ya sid blog gw.makasih banyak plesid ;D

      Hapus